berikut ini yang merupakan hukum bacaan mim sukun kecuali

Pendahuluan

Dalam ilmu tajwid, hukum bacaan merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami agar dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Salah satu hukum bacaan yang sering ditemui adalah hukum bacaan Mim Sukun (مم ساكن). Hukum bacaan Mim Sukun ini adalah salah satu hukum yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi cara kita membaca huruf-huruf yang melibatkan sukun di belakangnya. Namun, ada beberapa pengecualian dalam hukum bacaan Mim Sukun ini, yang akan menjadi fokus pembahasan dalam artikel ini.

Hukum bacaan Mim Sukun merupakan salah satu dari delapan hukum bacaan yang harus diperhatikan dalam ilmu tajwid. Hukum ini berkaitan dengan cara membaca huruf hijaiyah yang memiliki mim sukun di belakangnya. Mim sukun adalah huruf mim yang tidak diikuti oleh harakat seperti kasrah, fathah, atau dhammah. Dalam hukum bacaan Mim Sukun ini, ada beberapa pengecualian yang wajib untuk diketahui agar tidak salah dalam membaca dan memahami Al-Quran.

Dalam artikel ini, akan dijelaskan berbagai pengecualian yang terdapat dalam hukum bacaan Mim Sukun, dimulai dari pengecualian pertama hingga yang terakhir. Pengetahuan mengenai pengecualian-pengecualian ini akan sangat bermanfaat bagi setiap muslim yang ingin membaca Al-Quran dengan baik dan benar.

Pengecualian Pertama: Huruf Ba dan Ta

Pengecualian pertama dalam hukum bacaan Mim Sukun adalah pada huruf ba (ب) dan ta (ت). Ketika huruf ba atau ta memiliki mim sukun di belakangnya, maka pada bacaan harakatnya harus tetap bertahan atau tidak berubah. Hal ini berbeda dengan hukum bacaan Mim Sukun pada umumnya, di mana bacaan harakatnya akan berubah sesuai dengan hukum bacaan Mim Sukun.

Contoh yang sering ditemukan dalam Al-Quran adalah pada kata “sabilu” yang dibaca dengan sukun pada huruf ba tetapi tetap dibaca dengan harakat fathah, bukan dengan harakat sukun. Begitu pula dengan kata “taghut” yang dibaca dengan sukun pada huruf ta tetapi tetap dibaca dengan harakat fathah.

Pengecualian Kedua: Huruf Mim Ittisal

Pengecualian kedua terdapat pada huruf mim ittisal (م مع الإلف المفتوحة). Huruf mim ittisal adalah huruf mim yang diikuti oleh alif maqsurah di belakangnya. Pada hukum bacaan Mim Sukun, jika terdapat huruf mim ittisal, maka bacaan harakatnya akan berubah sesuai dengan hukum bacaan Mim Sukun.

Contoh yang sering ditemui dalam Al-Quran adalah pada kata “ma’murah” yang dibaca dengan sukun pada huruf mim tetapi diikuti dengan harakat fathah pada huruf alif berikutnya. Begitu pula dengan kata “ma’murun” yang juga memiliki sukun pada huruf mim tetapi dibaca dengan harakat kasrah pada huruf alif berikutnya.

Pengecualian Ketiga: Huruf Nun

Pengecualian ketiga terdapat pada huruf nun (ن). Pada hukum bacaan Mim Sukun, jika terdapat huruf nun yang diikuti oleh mim sukun di belakangnya, maka bacaan harakatnya akan berubah sesuai dengan hukum bacaan Mim Sukun.

Contoh yang sering ditemukan dalam Al-Quran adalah pada kata “annama” yang dibaca dengan sukun pada huruf nun tetapi dibaca dengan harakat fathah pada huruf mim berikutnya. Begitu pula dengan kata “anna” yang memiliki sukun pada huruf nun tetapi dibaca dengan harakat kasrah pada huruf alif berikutnya.

Pengecualian Keempat: Huruf Ain dan Ha

Pengecualian keempat terdapat pada huruf ain (ع) dan ha (ح). Ketika huruf ain atau ha memiliki mim sukun di belakangnya, maka pada bacaan harakatnya harus tetap bertahan atau tidak berubah, sama seperti pengecualian pertama.

Contoh yang sering ditemukan dalam Al-Quran adalah pada kata “mimma” yang dibaca dengan sukun pada huruf ain tetapi tetap dibaca dengan harakat fathah. Begitu pula dengan kata “mimha” yang dibaca dengan sukun pada huruf ha tetapi tetap dibaca dengan harakat fathah.

Pengecualian Kelima: Huruf Fathahain

Pengecualian kelima terdapat pada huruf fathahain (شدة الفتحة). Huruf fathahain adalah huruf yang memiliki dua harakat fathah berturut-turut pada huruf yang sama. Pada hukum bacaan Mim Sukun, jika terdapat huruf fathahain, maka bacaan harakatnya akan berubah sesuai dengan hukum bacaan Mim Sukun.

Contoh yang sering ditemui dalam Al-Quran adalah pada kata “satfa’lu” yang memiliki harakat fathahain pada huruf fa tetapi dibaca dengan harakat kasrah pada huruf lam berikutnya. Begitu pula dengan kata “satfa’li” yang juga memiliki harakat fathahain pada huruf fa tetapi dibaca dengan harakat kasrah pada huruf lam berikutnya.

Kesimpulan

Setelah mempelajari berbagai pengecualian dalam hukum bacaan Mim Sukun, dapat disimpulkan bahwa pemahaman yang baik mengenai hukum bacaan ini sangat penting dalam membaca Al-Quran. Dengan memahami pengecualian-pengecualian tersebut, kita dapat membaca Al-Quran dengan benar dan menghindari kesalahan dalam pengucapan dan pemahaman teks Al-Quran.

Oleh karena itu, bagi setiap muslim yang ingin memperdalam ilmu tajwid dan membaca Al-Quran dengan baik dan benar, penting untuk mempelajari hukum bacaan Mim Sukun beserta pengecualian-pengecualiannya. Dengan memahami dan mengamalkannya, kita dapat mendapatkan berkah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Marilah kita tingkatkan kemampuan membaca Al-Quran dengan memperhatikan hukum bacaan Mim Sukun dan pengecualian-pengecualiannya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi setiap muslim dalam memahami dan mengamalkan ilmu tajwid, serta memberikan motivasi untuk terus menggali pengetahuan mengenai ajaran agama Islam.

Nama Huruf Mim Sukun? Harakat
Ba Tidak Tidak berubah
Ta Tidak Tidak berubah
Mim Ittisal Ya Harakat sesuai hukum Mim Sukun
Nun Ya Harakat sesuai hukum Mim Sukun
Ain Tidak Tidak berubah
Ha Tidak Tidak berubah
Fathahain Ya Harakat sesuai hukum Mim Sukun

Kesimpulan

Dalam ilmu tajwid, hukum bacaan Mim Sukun memiliki beberapa pengecualian. Huruf-huruf seperti ba, ta, ain, dan ha tidak mengikuti hukum bacaan Mim Sukun seperti huruf-huruf lainnya. Selain itu, huruf mim ittisal dan fathahain juga memiliki bacaan yang berbeda ketika diikuti oleh mim sukun.

Dalam memahami dan mengamalkan hukum bacaan Mim Sukun, penting bagi setiap muslim untuk mempelajari pengecualian-pengecualiannya. Dengan memahami pengecualian ini, kita dapat membaca Al-Quran dengan lebih baik dan benar.

Jadi, mari kita tingkatkan kemampuan membaca Al-Quran dengan memahami hukum bacaan Mim Sukun dan pengecualian-pengecualiannya. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dalam memahami dan mengamalkan ilmu tajwid secara lebih baik.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *